Yang di anggap nabi oleh sebagian orang,
yang katanya suci, jadi sangsi ketika…
ya, sangsi semakin menjadi-jadi…
Mudah sekali keluar dari mahluk berakal, heran,
padahal, jujur saja, agak risih, tidak suka, ehm, apa buat renacana untuk… oh…
tidak usahlah, tidak baik.
Itu lelucon ya? Guyonan? Tertawa saja lah, anggap
saja begitu.
Akrab,
Saat darah mulai naik menjadi unsur-unsur binatang, hap,
pasti sudah habis,
Cemooh balik saja, beres kan! Buat apa susah, mudah
di buat berbelit,
Anjing pun tahu, monyet pun faham, kerdil sekali,
primitif…! Tapi dari pada termangu menunggu datang wahyu, rasional juga, ah
nanti polemik, terus “slek”, pasti konflik…
Bertukar wacana dengan yang katanya lebih bijak,
mungkin lebih dahulu merasakan pahit-getirnya lingkar labirin kehidupan, tukar
wacana, cari solusi,
Akrab,
Ketika orang membaca sajak, mereka akan menggeleng, kernyitkan
dahi atau menutup mata, MAKSUD DAN MAUNYA APA???
Dia dan tuhan pasti tahu…
Akrab,
Apa itu memang budaya simultan disetiap penjuru yang
ber-kontinyuasi?
Dia dan tuhan pasti tahu…
Mencoba bijak, itu tuntutan, konsekuensi.
151010, 15.52 WIB
@kamarhampa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar