Mengharap
tepukan tangan tanda apresiasi
Tersenyum dan
menangis sulit di mengerti, kadang seperti patung dan boneka mainan anak, kadang
seperti tentara hebat
Bagai
realita kehidupan…
Wajah
tergambar, mimik yang pas, kostum yang sangat khas, karya seni yang fenomenal,
Apakah lebih
menarik dari sinema elektronik?
Pentas yang
seakan termarjinalkan, semua ada peminatnya semua ada pencintanya masing-masing
Imajinasi
tinggi yang tak sembarang orang mampu
Bagai realita kehidupan…
Teringat tokoh
yang selalu diam bagai menutupi sesuatu, tetapi mungkin lebih tepat disebut “Mannequin”
yang tanpa kepala dari pada Pantomim yang bermoral
Oh, lagi-lagi realita kehidupan…
Terlihat dari
kejauhan di samping bangku kosong VVIP deretan paling depan, Ibu muda dan
beliau yang terhormat tersenyum meriah, tepukan tangan riuh namun terpancar
memaksa
Ruangan surga bagi si pementas
Hei! patung
bisu yang eksentrik! Bagaimana keadaanmu? Apa yang kau tunggu wahai manusia
topeng berbedak tebal? Lemparan sepatukah? Teriakkan meng-elu-elu? Atau malah
gerakan diam seribu bahasa seperti yang kau buat?
Minggu
180410, 19.40 WIB @ KamarHampa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar